Jumat, 31 Desember 2010

New Year~

heiyo.. friends,
. where r u all in tonight?? r u happy in the last of 2010 year, today??
hmm.... I'm not..
I still sit down in front of my computer.. hmm..
tonight, is the last day of 2010 year... but, I'm not felt like that~

today is same with every day.. nothing special..
b.coz I didn't go to anywhere.. hihihi... not just about that, I think some people also thinking same with me.. I don't know why?? why the last year  of 2010 is not like in the past when the year would be changed?? ckcckck...

in the last of year, I always want to looking for fireworks...
I really like that.. same with I like a star..

hmm... let I share some fireworks picture and star picture..




how beautiful they are!!  I just heard the voice of fireworks..haauahauahau
n' it seems nothing stars in the sky, right? or maybe it not seen by me..
stars.. stars.... your shape is unique... !!



I'm so sorry I haven't exciting story or entries today..

we must be passion to start our new year!!
hope next year will be better for us, and I wish nothing bad incident again in our earth..
so, we must keep our life n our earth ..
let's do something from now to help n' save our earth.. !!

2010..
welcome 2011!!!
okay friends..  good night.. n happy new year!!



Rabu, 29 Desember 2010

~sapi laut?~

.annyeong haseyo? hoho

do u ever heard about sapi laut?? I'll use bahasa.. susah pake inggris.. sok-sok inggris..hihii

Manatee atau sapi laut adalah mamalia air besar yang juga disebut lembu laut. Trichechidae berbeda dengan Dugongidae dari segi bentuk tengkorak dan bentuk ekor. Ekor Manatees berbentuk pendayung, sementara ekor Dugong bercabang. Manatee adalah herbivora, melewatkan sebagian besar waktunya merumput di air dangkal.
Manatee mendiami kawasan pesisir berpaya dangkal di Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Laut Karibia. Satu spesies (Trichechus senegalensis) mendiami pantai barat Afrika, sejenis lagi (T. inunguis) mendiami pantai timur Amerika Selatan, dan yang ketiga (T. manatus) Hindia Barat di Laut Karibia. Manatee Florida dianggap sebagian orang sebagai spesies yang berbeda, tetapi ITIS menganggapnya sebagai subspesies T. manatus, dan sekarang anggapan ini sudah lazim.
Tubuh Manatee dapat mencapai panjang hingga 4,5 meter atau lebih, berat bisa mencapai sekitar 650 kilogram dan hidup di air tawar dan air asin. Manatee pernah diburu untuk daging dan minyaknya, tetapi sekarang dilindungi secara resmi.
Manatee Hindia Barat adalah spesies terancam punah. Walaupun ia tidak mempunyai pemangsa alami, perluasan wilayah manusia telah mengurangi habitat alaminya di kawasan paya pesisir, dan banyak manatee cedera akibat kipas perahu motor. Manatee sering menelan peralatan memancing (mata kail, pemberat, dll.) selagi merumput. Benda asing ini tampaknya tidak membahayakan manatee, kecuali benang atau tali filamen tunggal. Tali ini dapat menyumbat sistem pencernaan hewan tersebut dan membunuhnya secara perlahan-lahan.
Manatee seringkali berkumpul di dekat stasiun listrik, yang memanaskan air. Mereka menjadi bergantung pada sumber panas buatan ini. Mereka tak lagi bermigrasi ke daerah air yang hangat karena sudah memperoleh sumber air panas yang selalu ada ini. Baru-baru ini, stasiun-stasiun listrik telah ditutup. Karena mengetahui bahwa manatee bergantung kepada stasiun listrik ini, Badan Kehidupan Liar dan Perikanan AS (U.S. Fish and Wildlife Service) sedang mencoba mencari cara memanaskan air bagi manatee.
Aneh tapi nyata, pabrik pengelolaan air utama di Guyana memiliki tiga ekor manatee, yang bertugas menjaga kebersihan kanal penyimpanan dari alang-alang.






sumber: disini dan disini

~The code of Letters(part 3 of 3)~


Mi Jyeong kemudian menyuruhku membawa Yuki keluar rumahnya. Kuputuskan saja untuk menelepon rumah sakit karena kondisi perempuan itu sangat memperihatinkan. Yuki tidak bersuara dan hanya diam. Mi Jyeong yang masih didalam rumah berusaha menenangkan perempuan itu yang sepertinya akan menurut dengan ucapannya. Perempuan itu merasa Mi Jyeong adalah orang yang ia sebut-sebut namanya. Tidak lama kemudian, akhirnya mobil ambulance datang. Seketika perempuan itu menjerit histeris mendengar suara ambulance tersebut, ia tiba-tiba menyerang Mi Jyeong sambil terus mencaci makinya
”dasar kau! Setelah ini mau kau apakan lagi aku? Aku sangat mencintaimu! Mengapa kau mencampakkan aku? Kau kira aku gila?! Kau menitipkanku di rumah sakit tanpa menengokku sekalipun! Aku seperti ini karenamu! Bodoh! Aku mencintaimu... huhuhuhu....” tiba-tiba saja kekesalannya berganti dengan tangisan.
Mi Jyeong pasrah saja diperlakukan seperti itu olehnya, awalnya ku kira memang Mi Jyeong orang yang dimaksud. Mungkin saja Mi Jyeong mengganti namanya kemudian berpura-pura tidak ada yang terjadi. Tetapi, sepertinya aku sudah salah sangka pada kebaikannya. Dia tidak melawan karena ia merasa kasihan pada perempuan itu,  begitu baik hatinya. Para perawat kemudian membawa perempuan itu ke dalam mobil. Yuki masih saja terpaku dan tak bersuara.

Setelah kejadian itu, terkadang kami datang menengok perempuan itu di rumah sakit. Menurut psikolog yang melakukan pendekatan dan theraphy untuknya, Min Byeon yang disebut adalah mantan pacarnya yang telah menduakannya. Meishy, perempuan itu sangat menyukai Min Byeon sehingga sering mengancam lewat telepon, seperti pada Yuki, kepada perempuan lain yang menjadi penyebab Min Byeon melupakannya. Min Byeon yang merasa Meishy telah gila membawanya ke rumah sakit dan tidak pernah lagi menengoknya. 1 minggu yang lalu, Meishy melarikan diri dari rumah sakit dan mencari tempat kosong disekitarnya. Ternyata tempat yang ia tuju adalah rumah lama Yuki. Kami yang bingung mengapa Meishy mengetahui nomor handphone Yuki akhirnya pergi ke rumah lama Yuki, disana terdapat beberapa kardus yang salah satunya ternyata masih ada isinya. Isi kardus itu adalah buku yang berisi biodata Yuki dan juga nomor teleponnya. Yuki memang tidak pernah mau mengganti nomor handphonenya sejak ia berada disini. Akhirnya pertanyaan kami-pun terjawab.

Setelah kejadian tersebut, aku dan Yuki, tidak. Lebih tepatnya, Yuki semakin dekat dengan Mi Jyeong. Orang-orang disekolah juga menyangka Yuki ada apa-apa dengan Mi Jyeong. Tapi, aku tak menghiraukan perasaan aneh yang muncul setiap aku melihat mereka berdua mengobrol dengan senangnya. pemberi surat itupun masih memberiku surat, tapi lagi-lagi dengan isi yang hanya terdapat 1 huruf. Lama-lama rasanya ingin kubuang saja surat-surat itu. Tapi, aku tidak tega juga membuangnya, apalagi aku merasa seperti ada suatu maksud dari huruf-huruf tersebut. Mi Jyeong dan Yuki juga semakin sering ke rumahku. Untuk Yuki, malah koko-ku dengan senangnya menawarkan jasa antar ke rumah Yuki yang disambut persetujuan dari Yuki. Anehnya, apabila hanya mengantar, seharusnya koko dengan cepat sudah kembali ke rumah, tapi ini tidak. Jangan-jangan mereka berdua pergi berdua. Mi Jyeong semakin dekat dengan mei-meiku. Kadang aku meledeknya phedopil. Kurasa, aku yang menjadi sendiri saat ada Mi Jyeong dan Yuki dirumahku. Mi Jyeong dengan mei-meiku sementara Yuki dengan koko-ku, atau Mi Jyeong dengan Yuki mengobrol sementara aku hanya melihat tingkah laku mereka yang saling mengejek. Lagi-lagi aku merasa aneh pada hatiku.

Di suatu malam minggu, Yuki yang awalnya bilang ingin ke rumahku tidak jadi karena ada janji dengan Mi Jyeong. Aku baru menyadari aku menyukai Mi Jyeong sekarang. Tapi, kurasa sudah terlambat. Aku duduk lemas dikamarku, tapi aku kebingungan melihat surat-surat yang ku taruh di atas meja belajarku bertebaran di lantai. Lina, kupikir. Sambil melihat ke arah mejaku, aku melihat kalender dengan tanggal hari ini yang dibulatkan dengan spidol warna merah. Aku berfikir. Sepertinya, aku tidak pernah membulatkan kalenderku. Mungkin Lina lagi, pikirku tak mau pusing. Segera saja aku ke kamar Lina untuk memarahinya agar tidak usil pada barang-barang dikamarku. Ku buka pintu itu dan kudapati Lina tengah tertidur, aku lupakan saja niatku untuk memarahinya dan berbalik ke kamarku untuk merapikan surat-surat yang berserakan sebelum Ibuku melihat surat tersebut. Ketika aku melangkah masuk, ada beberapa jejak kaki dikamarku. Aku semakin bingung dan ingin memarahi orang yang memiliki jejak kaki ini. Aku berjalan mendekati jejak kaki kotor yang paling ujung untuk menemukan orang yang sudah melakukan hal tidak berguna ini. Tidak mungkin orang usil dari luar rumah, karena kamarku terletak ditengah rumah tidak mungkin ada tapak kaki seperti ini dikamarku sementara diluar tidak ada. Koko-ku mungkin, ia memang sangat usil padaku. Mungkin dia kasihan melihatku hanya dirumah sementara yang lain sedang pergi. Ibuku dan ayah pergi ke rumah temannya untuk kepentingan kerja. Jejak kaki itu menuju ke kamar mandi di kamarku, aku buka pintunya dengan pelan-pelan. Tapi, kosong. Tidak ada apa-apa selain sebuah karton yang bertuliskan:

Coba kamu urutkan kode surat-surat itu.


Hah? Apa sih yang diinginkannya? Pasti ia pengirimnya. Aku berjalan malas sambil mengurutkan suratnya.
”urutkan? Urutkan dari apa? Dasar orang bodoh”, omelku kesal tanpa ada yang mendengar. Saat ku kumpulkan, ternyata ada surat terakhir yang memberitahukan cara mengurutkan kode surat tersebut berdasarkan warna pelangi. Surat itu memang warna-warni, aku iseng saja mengurutkannya. Mejikuhibiniu...
Merah, hurufnya ”J”, jingga ”o”, kuning ”h”, hijau ”a”, biru ”h lagi”, nila ”a lagi”, terakhir ungu ”e”.
Ups, johahae(suka)?
Aku agak bingung, tetapi saat aku berjalan keluar dari kamar, lampu disekitar gelap. Saat aku ingin menyalakannya tiba-tiba lampu sudah menyala dan kudapati Mi Jyeong berada didepanku.
”Hyeong?”, aku kebingungan.
”reishi...”, jawabnya. Hanya menyebut namaku.
”bukankah hyeong pergi dengan Yuki?”, tanyaku heran karena tidak menemukan sosok Yuki.
”sudah menemukan maksud dari kode huruf disurat?”tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku.
”apa?”, tanyaku semakin bingung. Tidak menyangka Mi Jyeong tahu tentang hal itu. Atau jangan-jangan.....
”ah! Gemes nih ngeliat kalian yang kelamaan.. aku yang gak sabaran jadinya”, tiba-tiba saja Yuki muncul dari pintu masuk.
”Yuki? Apa sih?”, kataku agak dengan wajah tersipu.
”Mi jyeong”, panggil Yuki pada Mi Jyeong tanpa memperdulikan kataku. ”untuk apa terlalu lama dipendam?”, protes Yuki pada Mi Jyeong.
Benarkah Mi Jyeong yang memberikanku semua surat ini?
”reishi, johahae”, hanya kata itu yang keluar dari mulut Mi Jyeong. Yuki yang melihat kami menunjukkan wajah berseri, dan memberiku kode untuk mendekati Mi Jyeong. Aku tak dapat berkata apapun. Akhirnya Mi Jyeong yang mendekatiku, itu-pun dengan bantuan Yuki yang mendorongnya maju ke arahku.
”bagaimana, reishi?”, tanya Yuki.
”bagaimana apanya?”, tanyaku pada Yuki.
”itu... Mi Jyeong hyeong...”, tampaknya Yuki semakin kesal dengan kebodohanku yang masih setengah percaya dengan apa yang terjadi.
”reishi...”, panggil Mi Jyeong yang membuatku merasakan detakan jantung yang sangat cepat. Aku menatap Mi Jyeong yang lebih dekat ke arahku dan memberikan sebuah kalung berbandul bintang padaku.
”ini tanda suka-ku”, kata Mi Jyeong singkat.
”komawo...”, kataku. kalung itu sangat bagus, aku memang sangat menyukai bintang. Sampai seperti itukah ia tahu kesukaanku? Seharusnya tidak ada yang tahu ini selain. . . oh iya,  Yuki pasti yang memberitahunya.
”hei..hei... jadian gak sih? Capek nih nunggu kalian...hihihi.penonton kecewa..”, seru Yuki iseng.
”jadian lah.. iya gak, rei?”, timpal Mi Jyeong yang begitu PD-nya.
”o”, jawabku singkat dengan bahasa korea. Sengaja. Agar terlihat agak korea dan cocok dengan Mi Jyeong. Heehehe...
”jinjjayo(benarkah)?”, tanya Mi Jyeong tidak percaya.
”o,  johahaeyo”, jawabku. Tiba-tiba saja koko-ku muncul dibelakang Yuki.
”nah.. jadi kan kita juga bisa jadian.. iya gak, Yuki?”, tanya koko-ku yang lagi-lagi tidak tahu malu.
”mana mau dia sa....”, belum sempat aku menyeleasaikan ledekanku. Yuki menjawab.
”iya...”
”hah??”, aku tak percaya melihatnya.
”iya donk.. masa aku kalah sama kamu sih rei? Boleh donk punya pacar juga..hehe”, jawab Yuki.
Kamipun tertawa pada malam itu. Ternyata, rencana ini memang telah dirancang oleh Mi Jyeong dan Yuki, ditambah koko-ku juga. Yang membulatkan kalender di kamarku memang bukan aku, tetapi Yuki. Tanggal itu ternyata ulang tahun Mi Jyeong. Dia sengaja menembakku di hari ulang tahunnya. Katanya sih, sebagai kado spesial untuknya. Entahlah, biarkan saja..


_THE END_


how do u think about my story, friends?? if the story is strange...hwhwhw..
okay,

~The code of Letters(part 2 of 3)~

next,

”Yuki....”, panggilku dan Hyeong di depan kost-an Yuki. Tak berapa lama kemudian, Yuki-pun keluar dengan wajah kaget ketika melihat Mi Jyeong. Ia sepertinya menaruh rasa suka juga pada Mi Jyeong.
”annyeong haseyo...”, sapa Mi Jyeong dalam bahasa korea pada Yuki.
”konnichiwa..”, sapa balik Yuki dengan bahasa Jepang.
Aku refleks tertawa melihat mereka.
”hihihi... kalian udah kayak ayam sama bebek.. jadi lucu sendiri liatnya”, ucapku jujur pada keduanya. Mereka berdua yang baru menyadari perbedaan bahasa yang mereka gunakan pun langsung terbahak seketika. Apalagi setelah mendengar ucapanku tentang ayam dan bebek. Aku jadi teringat saar perkenalan mereka berdua, mereka tidak akan nyambung bila tidak ada aku pada saat bertemu. Aku kebetulan menyukai kedua negara asal Yuki dan Mi Jyeong tersebut, sehingga setidaknya aku menguasai sedikit dari bahasa mereka dan dapat menyatukannya.
Aku dan Mi Jyeongpun diajak Yuki untuk masuk. Aku menjelaskan pada Yuki tentang teror padanya yang telah kuberi tahu pada Mi Jyeong, untungnya Yuki juga tidak marah padaku.
”jadi, apakah peneror itu meneleponmu lagi?”tanya Mi Jyeong ala detektif.
”tadi iya, tapi aku gak angkat” jawab Yuki dengan nada agak takut.
”ehm.. aku punya ide!”, ceplosku begitu saja.
”Ide apa?”, tanya Yuki dan Mi Jyeong bersamaan.
”Yuki, bagaimana kalau kau menginap saja dirumahku? Apabila ada telepon dari orang yang sama, biar aku yang angkat! Akan ku hadapi dia! Hohoho!”, jawabku seenaknya.
”ah..aku kira ide-mu apa”, jawab hyeong kemudian beralih ke Yuki ”hmm...kupikir ada baiknya juga kamu menginap di rumah Reishi, walaupun dia agak-agak stress begitu. Hihihi”, ledek Mi Jyeong padaku kemudian kembali meneruskan ucapannya pada Yuki.”masa, kamu mau menginap dirumahku?” ledek Mi Jyeong iseng.
”eits!” langsung kupotong perkataan Mi Jyeong.
”kalo kata orang sini tuh, bukan muh-rim! Hehe”, candaku.
”Muh-rim??” tanya Mi Jyeong dan Yuki yang berbarengan lagi. Akupun tertawa kegirangan karena hanya aku yang mengerti istilah seperti itu. Seketika itu, aku yang melihat Yuki langsung diajak Mi Jyeong berbicara karena ucapanku tidak dapat mereka jangkau, jujur saja, Aku sedikit cemburu.
Setelah agak lama berada di kost-an Yuki, Mi Jyeongpun akan beranjak untuk pulang, Yuki juga setuju untuk menginap dirumahku. Mi Jyeong mengantar kami berdua ke rumahku, kemudian ia segera pulang ke rumahnya.

Aku dan Yuki-pun langsung masuk ke rumahku.
”mama....”, kulihat Ibuku sedang menonton drama korea di TV. Mei-meiku pasti sedang tidur, sedangkan koko dan ayahku masih di tempat kerja.
”yah.. eh? Ada Yuki?”, ibuku menoleh dan sedikit kaget melihat kedatangan Yuki.
”ia ma, nanti malem dia nginep di sini. Gak apa2 kan ma?”, tanyaku yang sudah tau jawaban Ibuku.
“ia.. masa gak boleh? Ya udah, kamu dan Yuki mandi dulu sana, sebentar lagi udah waktunya makan malam, mama juga mau masak”, suruh Ibuku yang beranjak bangun dari bangkunya karena drama Korea-nya sudah habis. Akupun naik bersama Yuki ke kamarku dan melaksanakan apa yang Ibuku katakan.

Selesai mandi, aku dan Yuki membantu Ibuku menyiapkan makan malam. Kemudian, terdengar suara motor koko disusul suara mobil ayahku. Mei-meiku pun akhirnya bangun mendengar suara tersebut. Mei-mei lina langsung berjalan ke depan menjemput ayahku. Iapun membawakan tas ayahku yang berisi laptop. Lina berjalan dengan semangat masuk ke dalam rumah, sementara ayah dan koko berjalan di belakangnya.
”hei! Lina.. wa tau, le Cuma nyosor laptopnya kan?dasar.. mandi dulu sana! Masih bau iler juga le?”, ejekku pada lina. Yang lain hanya tertawa karena Lina menurut saja apa kataku. Ayah langsung duduk didepan TV, sedangkan koko-ku yang masuk ke dapur untuk melihat makanan, awalnya memandang ke arahku, langsung saja berpaling ke sampingku. Yuki maksudku. Hmm... kali ini, aku mendapati tatapan koko-ku agak lain nih. .  setelah semua beres. Kami-pun makan malam.

Esoknya, aku yang tidak biasanya bangun tanpa dipanggil orangtuaku mendapati Yuki sedang diam dipojok kamar. Aku melihat jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 2 subuh. Akupun mendekati Yuki dengan perlahan.
”Yuki...”, panggilku pelan. Yuki-pun menoleh dan kulihat wajahnya telah basah dengan air matanya. Aku terkejut tapi tetap memasang wajah datar.
”ada apa? Kenapa kamu menangis?”, tanyaku padanya.
Tapi, Yuki hanya menoleh ke arahku dan diam tanpa kata. Kurasa, ada baiknya aku membiarkan dia sendiri dulu, karena ia pasti sedang ingin sendiri. Ketika kuputuskan untuk kembali ke kasurku dan mengawasinya dari sana. Yuki tiba-tiba berkata,
”rei-chan....”
Aku berbalik dan berjongkok lagi disampingnya. ”ya, Yuki? Kamu sudah baikkan?”, tanyaku khawatir melihat keadaannya.
”penelepon itu ....”, jawab Yuki terbata-bata. ”dia.. lagi-lagi mengancamku...”, aku dapat melihat ketakutannya dari wajahnya.
“mengancam apa?”, tanyaku pelan dan hati-hati.
“dia bilang, kemarin ia melihat pacarnya bersama seorang perempuan ke rumahku, dan dia bilang, bila aku tidak berhenti mendekati pacarnya. Ia bisa mem-bunuh-......ku”, Yuki semakin ketakutan. Aku hanya diam mendengar penjelasannya. Kurasa, memang Mi Jyeong yang dimaksud oleh penelepon ini. Tiba-tiba kali ini handphoneku yang berbunyi.
Kulihat nomor yang tidak kukenal di layar HP, tapi aku tetap mengangkatnya.
“halo”
“halo, Reishi?”, jawab orang diseberang.
“ya, ini siapa?”, tanyaku yang sepertinya mengenal suara itu.
”Mi Jyeong”, jawabnya singkat.
”oh.. Mi Jyeong? Aku kira siapa.. mengapa meneleponku pada jam begini?”, tanyaku heran.
”aku tidak bisa tidur, dan kurasa aku harus menanyakan padamu bagaimana keadaan Yuki, apakah dia baik-baik saja?”, tanya Mi Jyeong padaku.
”sebenarnya, tadi Yuki ditelepon lagi oleh orang itu”, jawabku.
”mwo?! Lalu, apa yang ia katakan?” tanya Mi Jyeong khawatir. Akupun kemudian menjelaskannya sambil mengelus-elus punggung Yuki.
”baiklah. Nanti, aku akan ke rumahmu rei...”, kata Mi Jyeong mengakhiri. Lagi-lagi, aku merasa iri pada Yuki. Huft... mengapa aku seperti ini? Seharusnya aku tidak boleh begini. Segera ku buang perasaan iri itu. Yuki masih terduduk lemas di pojok kamarku.

Jam menunjukkan pukul 7.14, Yuki sudah bisa tertidur sejak 1 jam yang lalu. Kubiarkan ia istirahat dikamarku sementara ku bantu Ibu menyiapkan makan pagi. Koko-ku yang baru selesai mandi langsung menghampiriku.
”shi!”, panggilan rumahku memang shi-shi.
”iya, kenapa ko?”, tanyaku.
”mana temanmu yang kemarin? Belum bangun?”, tanya koko-ku yang menampilkan sekali keingintahuannya tentang Yuki.
”ia ko”, jawabku singkat tanpa ingin menjelaskan apa yang terjadi pada Yuki. Tapi, aku ingin meledek koko-ku.
”nah loh... ni jangan-jangan ada maksud apa-apa ya? Nanya-nanya gitu?hmm....”
”eh.. kok tau sih?”, jawab koko-ku tanpa malu. Dasar.
”tuh kan bener.. ah, koko terlalu tua! Beda ama kita tuh 5 tahun..”, kujawab seenaknya.
”yah, gak apa-apa shi.. mama aja beda 7 tahun sama papa...”, tiba-tiba ibuku menimpal. ”aduh... iya,iya... ”, aku pasti kalah bila ibuku sudah ikut berbicara. Koko-ku hanya tertawa kecil melihatku yang cemberut.
”jodohin donk...”, timpal kokoku lagi tanpa basa basi.
”gak mau........!!!weee...”, jawabku begitu saja.
”ah, pelit!”, kali ini koko-ku yang cemberut. Tetapi hanya berpura-pura. Ibuku sibuk dengan masakannya.

Handphoneku berbunyi. Akupun masuk ke kamarku dengan cepat sebelum bunyi handphone itu membangunkan Yuki. Kudapati nomor sama yang meneleponku tadi subuh. Mi Jyeong.
”yeoboseyo(halo)”
”ah..reishi, aku sudah di depan rumahmu”, jawab Mi Jyeong.
”oh... oke-oke, aku akan ke depan membuka pintu untukmu”, akupun menutup telepon dan berjalan keluar rumah. Kulihat mobil sport putih yang kemarin Mi Jyeong gunakan untuk mengantar aku dan Yuki telah berada didepan rumahku. Aku membuka gerbang dan mempersilahkan Mi Jyeong masuk ke rumah. Ku kenalkan Mi Jyeong pada keluargaku saat semua berkumpul diruang tamu.
”pa, ma, koko, mei-mei.. ini Mi Jyeong dia kakak kelasku”
Merekapun berjabat tangan dan sedikit mengobrol. Tiba-tiba mei-meiku berkata,
”koko...”, ia menunjuk ke arah Mi Jyeong. Mi Jyeong langsung mendekati Lina dan aku tak tahu apa yang ia bisikkan pada mei-meiku. Lina langsung diam dan tertawa kecil. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi aku tidak begitu penasaran.
Saat itu pula kudengar bunyi handphone Yuki, segera ku lari ke arah kamarku dan melihat dari siapa telepon itu. Lagi-lagi no number, ku angkat saja.

”halo”, aku mengawali.
”hai”, sapanya balik.
”siapa?” tanyaku sambil berjalan keluar menemui Mi Jyeong. Ayah dan koko-ku menuju ke kendaraannya masing-masing untuk berangkat kerja. Ibuku membawa mei-mei ke kamarnya. Aku memencet tombol speaker on agar Mi Jyeong dapat mendengarnya.
”Ini Yuki”, jawab orang diseberang. Hah? Aku bingung dengan jawaban penelepon itu.
”jangan bercanda!”, timpalku.
”aku tidak bercanda, aku memang Yuki.”, jawabnya lagi. Aku dan Mi Jyeong hanya memasang wajah heran.
”kau pasti bingung.. ghaahahagaha....“, sungguh, orang ini sangat aneh. Tiba-tiba Mi Jyeong mengeluarkan laptopnya dan mengeluarkan sebuah kabel yang ia pasang pada HP Yuki dan Laptopnya sementara penelepon terus mengatakan ancaman tentang pembunuhan. Mi Jyeong membuka suatu program yang akhirnya aku tahu, itu adalah program pelacak. Setelah dilacak, aku dan Mi Jyeong mendapati rumah Yuki yang lama adalah tempat si penelepon berada. sementara penelepon itu masih sibuk dengan perkataannya, ternyata Yuki bangun dan berjalan ke arahku. Aku meminta dia untuk melanjutkan berbicara dengan orang tersebut sementara aku meminta ijin untuk keluar pada ibuku. Kami bertiga-pun melesat menuju rumah Yuki yang lama. Sesampainya disana, tiba-tiba penelepon mematikan teleponnya. Dengan hati-hati kami masuk dan mendapati seorang perempuan yang dalam kondisi berantakan sedang menangis. Belum sempat kami ingin melangkah mendekatinya, ia menengok ke arah kami.
”Min Byeon!”, panggil perempuan itu yang kurasa ditunjukkan pada Mi Jyeong. Dia menyeret dengan paksa badannya yang sudah lemas ke arah Mi Jyeong sambil terus memanggilnya dengan sebutan ”Min Byeon”.

continue to next page again..^^

~The Code of Letters(part 1 of 3)~

chingu, I try to make a short story.. hope u all like my story.. I separate it to 3 part.. first, I wanted separate to 9 part, but my friend said that it's too complex if my story is divided in 9 part.

check it out..

Kemarin, aku yang biasanya diantar ayah ke sekolah memutuskan menggunakan angkutan umum karena acara di sekolah yang kurang ku minati. Lagipula, ayahku juga harus berangkat kerja lebih awal untuk meeting dengan rekannya. Acara perlombaan yang diadakan setiap tahunnya ini bagiku tidak begitu menarik, bukan hanya bagiku, kurasa hampir semua murid di sekolahku beranggapan seperti itu. Karena janjian dengan temanku untuk datang agak siang, aku menghabiskan waktuku lebih lama di dalam kamar. Tapi tentu saja, di rumahku tidak ada kata bangun siang. Ayahku maupun Ibuku akan terus membangunkan anaknya jika sudah waktunya kami untuk bangun. Tidak peduli apakah itu weekday maupun weekend. Yah, kurasa itu adalah cara orang tuaku mendidik anaknya untuk tidak menjadi orang yang pemalas. Aku adalah warga keturunan Tionghua. Ayahku berasal dari China dan Ibuku asli orang Indonesia.  Aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. Koko(kakak laki-laki)ku adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan jasa. Mei-mei (adik perempuan)ku masih berusia 12 tahun yang duduk dibangku 1 SMP. Sedangkan aku, kini murid kelas 2 SMA yang masih tidak tahu kemana arahku nantinya. Maksudku, aku masih bingung menentukkan jurusan apa yang akan ku pilih nanti saat kuliah. Saat SMA ini, aku masuk jurusan IPA. Bukan karena aku berfikir jurusan IPS kurang baik, tetapi aku tidak kuat dengan hapalan dan terutama yang berbau sejarah.

Paginya, Aku yang sedang mengguling-gulingkan badan di kasurku tiba-tiba dikagetkan ibuku yang masuk dan memukul dengan pelan ke badanku. Hari ini ku putuskan untuk datang lebih siang dari kemarin. Kalau saja hari ini aku tidak mengikuti acara apapun, lebih baik aku tidak sekolah.
”hei... bangun reishi,. Mau tidur sampai jam berapa? Tuh.. lihat.. matahari udah ngejemur bumi..“, kata ibuku sambil membuka jendela yang awalnya ditutupi tirai dengan variasi warna merah dan hitam, warna kesukaanku.
”ehm.. hehehe...bisa aja sih mama.. matahari menjemur bumi..? kalo udah kering buminya diangkat, terus dilipet yah ma? Setrika juga gak? Hihihi...”, aku yang awalnya masih mengantuk menjadi segar setelah mendengar perkataan ibuku yang membuatku tertawa.
”ah... dasar le ini, cepat bangun! Harusnya le(“kamu” dalam salah satu bahasa tionghua) bantuin mama dari pagi..jangan kayak kebo aja tidur terus..”,sambil bercanda ia berjalan keluar kamarku untuk melihat masakannya di dapur. Kebetulan dapur itu dekat dengan kamarku, dengan begitu aku akan dengan mudah mencium bau masakan ibuku yang begitu khas dan menggugah selera. Aku segera bangun dan menengok masakan ibuku di dapur.
”eits... belum mandi, masih bau iler. . udah mau nyentuh-nyentuh makanan? Gak boleh! Sana, mandi dulu!”, omel Ibuku saat mendapati tanganku hampir mendarat di piring berisi ayam goreng kesukaanku. Karena ketahuan sebelum ku ambil, aku memasang tampang tidak bersalah dan segera menuju kamar mandi. Ibuku yang memandangku hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Selesai mandi, aku langsung menuju meja makan yang sudah tersedia beberapa macam masakan yang ku suka. Kursi di meja makan itu sudah ditempati mei-meiku dan ibuku, sedangkan ayah dan koko sudah berangkat kerja sejak pagi.
”ce shi-shi... lihat deh, wa(saya) udah mandi duluan dong biarpun libur.. cece mah kayak kebo.. tidur terus kerjaannya..”, mei-meiku yang melihat kedatanganku ke meja makan langsung saja mengejekku. ”cece” ataupun ”cici” adalah panggilan kakak perempuan untuk warga keturunan tionghua.
”heh..  cece tuh capek.. banyak kegiatan.. emang kayak le yang kerjaannya main terus? Weee…”, ku jawab ejekan mei-meiku dengan mengejek juga.
 “ah.. cece alasan aja.. jangan-jangan cece bukan sekolah, malah pacaran ya?” mei-meiku terus saja meledekku.
“hush! Pagi-pagi udah berantem.. ngomongnya pacar-pacar lagi.. jangan-jangan lina udah ada pacar ya?”, Ibuku datang menengahi tetapi malah mengejek mei-mei lina.
“hah?engga kok ma…”, lina jadi diam dan tak berani lagi bersuara. Aku yang duduk di depan lina menjulurkan lidah untuk mengejeknya. ”rasain..” umpatku dengan suara kecil.
Lina hanya cemberut melihat tingkahku.

Selesai sarapan, waktu menunjukkan pukul 8.15, sudah saatnya aku berangkat ke sekolah. Lomba pidatoku di mulai jam 8.30, perjalanan ke sekolah hanya menghabiskan waktu 10 menit. Akupun berdiri dan berjalan pergi, tiba-tiba saja mei-meiku memanggil.
”ce!”, akupun menoleh dan memasang tampang dengan pertanyaan kenapa?. Lina segera berlari ke arahku dan menunjukkan sebuah surat untukku.
”ce.. kemarin tuh ada yang nitip ini waktu cece belum pulang.. tapi tenang, mama gak tau kok ada beginian.. wa ambil dari tuh koko waktu mama lagi tidur.. tapi dia ga kasi tau namanya, makanya ce.. wa kira cece udah ada pacar?hihii”, jelas mei-meiku panjang lebar. Aku yang tidak begitu memperdulikan surat itu hanya menaruhnya di dalam tas tanpa merasa penasaran dengan isi dan dari siapa surat itu. Yah, karena sebelumnya aku pernah mendapatkan surat seperti itu di sekolah. Saat ku buka, tulisannya hanya berupa 1 huruf yang berbeda-beda.
”oke deh lina.. xie-xie(terima kasih) ya.. dah..”, aku melambaikan tanganku dan segera pergi ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, temanku Yuki masih belum menampakkan batang hidungnya. Aku yang 2 menit lagi akan tampil tidak sempat lagi untuk mengirim sms menanyakan dimana Yuki sekarang. 2 menit kemudian, namaku dipanggil. Aku yang sangat menyukai korea itu, membawakan pidato dengan tema ”how wonderful of Korea” dengan menambahkan sedikit bahasa korea yang ku bisa pada pidato tersebut. Setelah selesai, akupun mengambil tas ranselku yang ku simpan disamping juri dan segera mengambil handphoneku. Kulihat dilayar handphone bertuliskan 2 missedcall. 1 missedcall dari Yuki dan satunya no number. Kemudian aku memutuskan menelepon balik ke Yuki.
”moshi..moshi?”,ku dengar jawaban Yuki di sana. Dia yang merupakan keturunan Jepang itu terbiasa menjawab dengan moshi-moshi yang artinya sama dengan halo.
”Yuki? Kok kamu gak ke sekolah sih?” , tanyaku to the point tanpa menanyakannya terlebih dahulu mengapa ia meneleponku tadi.
”gommen nasai(maaf) rei-chan..”, Yuki memang terbiasa memanggilku dengan sebutan rei-chan.
”iya-iya.. emang kenapa kamu gak masuk ?”, tanyaku lagi.
”tadi, tiba-tiba aja ada no number yang nelepon aku rei.. waktu ku angkat, dia malah ketawa-ketawa gak jelas gitu.. aku bingung, jadi aku matiin aja. Tapi, dia nelepon lagi. N’ yang kedua ini dia ngomong” belum sempat Yuki menyelesaikan ceritanya aku tiba-tiba teringat dengan missedcall yang tertera di handphoneku sebelum Yuki menelepon.
“oh iya! Sorry aku motong omongan kamu, tadi juga ada missedcall dari no number di HP ku, tapi berhubung aku lagi lomba gak sempat ku angkat. By the way, dia ngomong apa? Cewe apa cowo?”, tanyaku beruntun.
“cewe rei.. dia bilang jangan suka ngedeketin cowo orang.. padahal aku gak ngerasa deket sama cowo..terus dia juga ngancem aku buat gak kemana-mana hari ini, kalo aku keluar dia bilang bakalan ada yang terjadi sama aku”, lapor Yuki padaku. Aku yang mendengar cerita Yuki juga jadi bingung, Yuki bukan cewe yang senang merebut pacar orang. Lagipula, ia baru 1 tahun di Jakarta, selain aku Yuki tidak begitu mengenal orang lain karena sifatnya yang memang agak pemalu,ia pun kurang terbiasa berkomunikasi dengan orang yang sulit memahami aksennya yang masih berbau Jepang. Wajar saja, karena sejak lahir ia sudah di Jepang.
”wah... aneh banget tuh cewe ? Yaudah lah.. diemin aja yuki.. mungkin dia salah sambung..hehe...”, hiburku dengan nada datar.   
”tapi rei-chan.. kenapa dia nelepon kamu juga?”, tanya Yuki yang kemudian menyadarkanku akan missedcall dari no number tadi.
“ehm..mungkin bukan orang yang sama Yuki.. jangan jadi parno gitu donk...”, hiburku lagi, kali ini dengan menutupi perasaan gundah.
”parno? Apa tuh rei? Jangan banyak bahasa-bahasa baru donk.. aku susah ngerti ni..hehe”, tanya Yuki tak mengerti.
”oh iya! Sorry Yuki.. parno itu kayak ketakutan gitu... aku lupa kalo kamu kurang gitu ngerti. Jadi karena ancaman itu yah kamu gak dateng? Oke deh.. besok kamu musti ke rumah aku ya.. apa nggak aku deh yang ke rumah kamu, aku juga bosen kalo musti ke sekolah dengan acara gak jelas begini.. udah dulu ya..  gak enak nih nelepon lama-lama, tar disangka kebanyakan pulsa lagi? Hihihi”, ucapku mengakhiri telepon.
”oke deh rei-chan.. sampai ketemu besok.. sayonara..”, balas Yuki.
”sayonara”, balasku terakhir dan menutup telepon. Saat ingin memasukkan handphoneku ke dalam tas, aku melihat secarik surat yang diberikan lina padaku tadi pagi, tetapi tak begitu ku hiraukan untuk membaca karena aku sedang tidak mood. Setelah pengumuman pemenang selesai dan ternyata aku mendapat juara II, aku memutuskan untuk segera pulang. Tetapi, belum sempat aku membalikkan badan, seseorang menepukku dari belakang. Aku membalikkan badanku dan ku dapati Choi Mi Jyeong berada didepanku.

Choi Mi Jyeong adalah kakak kelasku. Cowo satu ini adalah orang Korea yang sudah lama tinggal di Indonesia. Biasanya dia disebut kyopo. Memang beruntung sekali aku bersekolah disini, banyak sekali orang-orang dari luar negeri yang belajar disini. Aku sedikit banyak belajar hangeul(aksara korea)pun dari Mi Jyeong. Dia yang sudah tinggal di Indonesia menjadi pintar berbahasa Indonesia. Aku mengenalnya ketika ia sedang terburu-buru di jalan, aku yang sedang diantar Ayahku ke sekolah hampir saja menabraknya karena dia kurang berhati-hati saat berjalan. Dari situlah aku mengenalnya.
“eh.. Mi Jyeong hyeongnim(panggilan untuk kakak laki-laki)...annyeong haseyo(hai)”, sapaku padanya.
“annyeong haseyo rei, chukkahae(selamat)!”, Mi Jyeong memberiku selamat.
“hmm? Selamat untuk apa,hyeong?”, aku lupa tentang pidatoku.
”pidatomu tadi, daebak(hebat)!”, puji Mi Jyeong.
”komawo(terima kasih)”, aku hampir lupa tentang pidato itu.
“ngomong-ngomong reishi... kemana yuki? Biasanya kamu kan sama yuki terus, sekarang sendirian...”, tanya Mi Jyeong padaku. Aku tahu, sepertinya Mi Jyeong menyukai Yuki.
”oh.. Yuki gak ke sekolah Hyeong.. katanya kurang enak badan.. ”, jawabku berbohong. Karena tidak mungkin aku menjelaskan alasan sesungguhnya mengapa Yuki tidak masuk sekolah. Oh iya! Aku baru ingat dengan Mi Jyeong, mungkin saja maksud dari penelepon Yuki itu adalah Mi Jyeong...
”reishi?”, panggilan Mi Jyeong menyadarkanku dari lamunan.
” o (iya), ada apa hyeong?” akupun menjadi terbiasa mencampurkan bahasa pada ucapanku karena tertular Mi Jyeong dan Yuki yang berasal dari negara yang berbeda denganku.
”tidak apa-apa.. hanya saja kulihat kau sedikit melamun..” jawab Mi Jyeong jujur.
”oh.. begitu...”, jawabku singkat.
”katamu tadi, Yuki sakit bukan? Bagaimana bila kita menengoknya?”, ups.. mengapa aku berbohong begini tadi? Baiklah, biar sampai dirumah Yuki baru kuceritakan yang sebenarnya saja.
”ehm.. ne(baik/ya)”, jawabku lemas.
”ka ja!(ayo pergi)”, balas Mi Jyeong semangat.

Sesampainya dirumah Yuki, aku dan Mi Jyeong tidak mendapatkan tanda-tanda adanya orang dirumahnya. Handphonenya juga tidak aktif.
”loh? Kenapa tidak ada orang? Bukankah tadi katamu Yuki sedang sakit? Apa mungkin ia pergi dengan keadaannya yang sedang sakit tanpa ditemani siapapun?”, tanya Mi Jyeong bingung. Yuki memang hanya tinggal sendiri di rumahnya, orang tuanya kembali lagi ke Jepang karena urusan pekerjaan. Yuki tidak ingin meninggalkan sekolahnya dan aku yang sudah menjadi temannya sejak ia baru pindah.
”mianhae(maaf).. rei bohong sama hyeong...”, akupun tidak ada pilihan lain selain mengaku kebohonganku.
”musun soriya(apa maksudmu), rei?”tanya Mi Jyeong tidak mengerti.
”begini Hyeong.... ” akhirnya akupun menceritakan semuanya pada Mi Jyeong di depan rumah Yuki, termasuk dugaanku tentang cowo yang dimaksud penelepon itu adalah Mi Jyeong. Walaupun kedekatan Yuki dengannya sama denganku, mungkin saja penelepon itu salah sangka pada Yuki. Untungnya Mi Jyeong tidak marah dengan kebohonganku.
”Nugu?(siapa?) aku tidak punya pacar walaupun sudah lama disini,rei...” jelas Mi Jyeong setelah mendengar dugaanku.
”Jinjjayo(benarkah??)”, tanyaku tak percaya. ”mungkin saja ada yang sedang dekat denganmu,Hyeong?”
”tidak, aku hanya dekat denganmu dan Yuki”, jawab Mi Jyeong singkat. Aku semakin yakin bahwa Mi Jyeong menyukai Yuki. Tapi, apabila Mi Jyeong memang tidak memiliki pacar atau semacamnya, mengapa penelepon itu menuduh Yuki? Kamipun diam agak lama dalam pikiran masing-masing.
”hyeong! mengapa kita begitu bodoh?”, ucapku ketika teringat sesuatu.
”babo(bodoh)? Kita? Memangnya kenapa, rei?”, tanya Mi Jyeong yang bingung dengan perkataanku.
”iya, hyeong.. rumah Yuki itu kan pindah 1 bulan yang lalu! Hehee...”, ku tertawakan diriku sendiri yang sudah salah menjadi penunjuk jalan..
”mwo(apa)? Nuguya babo? Neo(kamu)!  Anha(bukan)..  na(aku)!”, ledek Mi Jyeong padaku.
”hehehhe... mian...”, akupun tertawa mendapati kebodohanku.
Kemudian, kami pun menuju rumah baru Yuki yang terletak tidak jauh dari rumahnya yang lama.


continue to next page...^^

Senin, 27 Desember 2010

Healthy.. ^^

hey all...  everyone need a health for their life to do anything..
I have some tips to make us healthy..
hihi.. look at the picture above...

.1. Brush teeth at least twice a day
2. dress politely

3. Check your teeth once every 6 months

4. Get plenty of rest

 5. dry hair before going out
6.makan sufficient and nutritious
 7. go bask occasionally
 8. always use a seat belt when driving
 9. stay away from drinks that contain alcohol
 10. always smiling
 11. do not be too self-indulgent
 12. Take a bath at least twice a day
 13. Vast read to train your brain
 14. occasionally hang out with friends
 15. do not consume too much caffeine
 16. sport
 17. check your eyes once in a while
 18. multiply eating vegetables
 19. just be yourself
 20. Be forgiving of people who
 21. good holiday
 22. celebrate everything
 23. lets doing your hobby
 24. love eveyone
25. do not want to lose the same animals ^ ^


okay. . that's the tips..hihi

Main handphone, dapat uang!! Ini aplikasi penghasil uang legit!

 Halo semua, kembali lagi dengan saya yang masih setia stay at home selama pandemi, kecuali ke rumah mama atau sekedar belanja kebutuhan pok...