Rabu, 29 Desember 2010

~The code of Letters(part 2 of 3)~

next,

”Yuki....”, panggilku dan Hyeong di depan kost-an Yuki. Tak berapa lama kemudian, Yuki-pun keluar dengan wajah kaget ketika melihat Mi Jyeong. Ia sepertinya menaruh rasa suka juga pada Mi Jyeong.
”annyeong haseyo...”, sapa Mi Jyeong dalam bahasa korea pada Yuki.
”konnichiwa..”, sapa balik Yuki dengan bahasa Jepang.
Aku refleks tertawa melihat mereka.
”hihihi... kalian udah kayak ayam sama bebek.. jadi lucu sendiri liatnya”, ucapku jujur pada keduanya. Mereka berdua yang baru menyadari perbedaan bahasa yang mereka gunakan pun langsung terbahak seketika. Apalagi setelah mendengar ucapanku tentang ayam dan bebek. Aku jadi teringat saar perkenalan mereka berdua, mereka tidak akan nyambung bila tidak ada aku pada saat bertemu. Aku kebetulan menyukai kedua negara asal Yuki dan Mi Jyeong tersebut, sehingga setidaknya aku menguasai sedikit dari bahasa mereka dan dapat menyatukannya.
Aku dan Mi Jyeongpun diajak Yuki untuk masuk. Aku menjelaskan pada Yuki tentang teror padanya yang telah kuberi tahu pada Mi Jyeong, untungnya Yuki juga tidak marah padaku.
”jadi, apakah peneror itu meneleponmu lagi?”tanya Mi Jyeong ala detektif.
”tadi iya, tapi aku gak angkat” jawab Yuki dengan nada agak takut.
”ehm.. aku punya ide!”, ceplosku begitu saja.
”Ide apa?”, tanya Yuki dan Mi Jyeong bersamaan.
”Yuki, bagaimana kalau kau menginap saja dirumahku? Apabila ada telepon dari orang yang sama, biar aku yang angkat! Akan ku hadapi dia! Hohoho!”, jawabku seenaknya.
”ah..aku kira ide-mu apa”, jawab hyeong kemudian beralih ke Yuki ”hmm...kupikir ada baiknya juga kamu menginap di rumah Reishi, walaupun dia agak-agak stress begitu. Hihihi”, ledek Mi Jyeong padaku kemudian kembali meneruskan ucapannya pada Yuki.”masa, kamu mau menginap dirumahku?” ledek Mi Jyeong iseng.
”eits!” langsung kupotong perkataan Mi Jyeong.
”kalo kata orang sini tuh, bukan muh-rim! Hehe”, candaku.
”Muh-rim??” tanya Mi Jyeong dan Yuki yang berbarengan lagi. Akupun tertawa kegirangan karena hanya aku yang mengerti istilah seperti itu. Seketika itu, aku yang melihat Yuki langsung diajak Mi Jyeong berbicara karena ucapanku tidak dapat mereka jangkau, jujur saja, Aku sedikit cemburu.
Setelah agak lama berada di kost-an Yuki, Mi Jyeongpun akan beranjak untuk pulang, Yuki juga setuju untuk menginap dirumahku. Mi Jyeong mengantar kami berdua ke rumahku, kemudian ia segera pulang ke rumahnya.

Aku dan Yuki-pun langsung masuk ke rumahku.
”mama....”, kulihat Ibuku sedang menonton drama korea di TV. Mei-meiku pasti sedang tidur, sedangkan koko dan ayahku masih di tempat kerja.
”yah.. eh? Ada Yuki?”, ibuku menoleh dan sedikit kaget melihat kedatangan Yuki.
”ia ma, nanti malem dia nginep di sini. Gak apa2 kan ma?”, tanyaku yang sudah tau jawaban Ibuku.
“ia.. masa gak boleh? Ya udah, kamu dan Yuki mandi dulu sana, sebentar lagi udah waktunya makan malam, mama juga mau masak”, suruh Ibuku yang beranjak bangun dari bangkunya karena drama Korea-nya sudah habis. Akupun naik bersama Yuki ke kamarku dan melaksanakan apa yang Ibuku katakan.

Selesai mandi, aku dan Yuki membantu Ibuku menyiapkan makan malam. Kemudian, terdengar suara motor koko disusul suara mobil ayahku. Mei-meiku pun akhirnya bangun mendengar suara tersebut. Mei-mei lina langsung berjalan ke depan menjemput ayahku. Iapun membawakan tas ayahku yang berisi laptop. Lina berjalan dengan semangat masuk ke dalam rumah, sementara ayah dan koko berjalan di belakangnya.
”hei! Lina.. wa tau, le Cuma nyosor laptopnya kan?dasar.. mandi dulu sana! Masih bau iler juga le?”, ejekku pada lina. Yang lain hanya tertawa karena Lina menurut saja apa kataku. Ayah langsung duduk didepan TV, sedangkan koko-ku yang masuk ke dapur untuk melihat makanan, awalnya memandang ke arahku, langsung saja berpaling ke sampingku. Yuki maksudku. Hmm... kali ini, aku mendapati tatapan koko-ku agak lain nih. .  setelah semua beres. Kami-pun makan malam.

Esoknya, aku yang tidak biasanya bangun tanpa dipanggil orangtuaku mendapati Yuki sedang diam dipojok kamar. Aku melihat jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 2 subuh. Akupun mendekati Yuki dengan perlahan.
”Yuki...”, panggilku pelan. Yuki-pun menoleh dan kulihat wajahnya telah basah dengan air matanya. Aku terkejut tapi tetap memasang wajah datar.
”ada apa? Kenapa kamu menangis?”, tanyaku padanya.
Tapi, Yuki hanya menoleh ke arahku dan diam tanpa kata. Kurasa, ada baiknya aku membiarkan dia sendiri dulu, karena ia pasti sedang ingin sendiri. Ketika kuputuskan untuk kembali ke kasurku dan mengawasinya dari sana. Yuki tiba-tiba berkata,
”rei-chan....”
Aku berbalik dan berjongkok lagi disampingnya. ”ya, Yuki? Kamu sudah baikkan?”, tanyaku khawatir melihat keadaannya.
”penelepon itu ....”, jawab Yuki terbata-bata. ”dia.. lagi-lagi mengancamku...”, aku dapat melihat ketakutannya dari wajahnya.
“mengancam apa?”, tanyaku pelan dan hati-hati.
“dia bilang, kemarin ia melihat pacarnya bersama seorang perempuan ke rumahku, dan dia bilang, bila aku tidak berhenti mendekati pacarnya. Ia bisa mem-bunuh-......ku”, Yuki semakin ketakutan. Aku hanya diam mendengar penjelasannya. Kurasa, memang Mi Jyeong yang dimaksud oleh penelepon ini. Tiba-tiba kali ini handphoneku yang berbunyi.
Kulihat nomor yang tidak kukenal di layar HP, tapi aku tetap mengangkatnya.
“halo”
“halo, Reishi?”, jawab orang diseberang.
“ya, ini siapa?”, tanyaku yang sepertinya mengenal suara itu.
”Mi Jyeong”, jawabnya singkat.
”oh.. Mi Jyeong? Aku kira siapa.. mengapa meneleponku pada jam begini?”, tanyaku heran.
”aku tidak bisa tidur, dan kurasa aku harus menanyakan padamu bagaimana keadaan Yuki, apakah dia baik-baik saja?”, tanya Mi Jyeong padaku.
”sebenarnya, tadi Yuki ditelepon lagi oleh orang itu”, jawabku.
”mwo?! Lalu, apa yang ia katakan?” tanya Mi Jyeong khawatir. Akupun kemudian menjelaskannya sambil mengelus-elus punggung Yuki.
”baiklah. Nanti, aku akan ke rumahmu rei...”, kata Mi Jyeong mengakhiri. Lagi-lagi, aku merasa iri pada Yuki. Huft... mengapa aku seperti ini? Seharusnya aku tidak boleh begini. Segera ku buang perasaan iri itu. Yuki masih terduduk lemas di pojok kamarku.

Jam menunjukkan pukul 7.14, Yuki sudah bisa tertidur sejak 1 jam yang lalu. Kubiarkan ia istirahat dikamarku sementara ku bantu Ibu menyiapkan makan pagi. Koko-ku yang baru selesai mandi langsung menghampiriku.
”shi!”, panggilan rumahku memang shi-shi.
”iya, kenapa ko?”, tanyaku.
”mana temanmu yang kemarin? Belum bangun?”, tanya koko-ku yang menampilkan sekali keingintahuannya tentang Yuki.
”ia ko”, jawabku singkat tanpa ingin menjelaskan apa yang terjadi pada Yuki. Tapi, aku ingin meledek koko-ku.
”nah loh... ni jangan-jangan ada maksud apa-apa ya? Nanya-nanya gitu?hmm....”
”eh.. kok tau sih?”, jawab koko-ku tanpa malu. Dasar.
”tuh kan bener.. ah, koko terlalu tua! Beda ama kita tuh 5 tahun..”, kujawab seenaknya.
”yah, gak apa-apa shi.. mama aja beda 7 tahun sama papa...”, tiba-tiba ibuku menimpal. ”aduh... iya,iya... ”, aku pasti kalah bila ibuku sudah ikut berbicara. Koko-ku hanya tertawa kecil melihatku yang cemberut.
”jodohin donk...”, timpal kokoku lagi tanpa basa basi.
”gak mau........!!!weee...”, jawabku begitu saja.
”ah, pelit!”, kali ini koko-ku yang cemberut. Tetapi hanya berpura-pura. Ibuku sibuk dengan masakannya.

Handphoneku berbunyi. Akupun masuk ke kamarku dengan cepat sebelum bunyi handphone itu membangunkan Yuki. Kudapati nomor sama yang meneleponku tadi subuh. Mi Jyeong.
”yeoboseyo(halo)”
”ah..reishi, aku sudah di depan rumahmu”, jawab Mi Jyeong.
”oh... oke-oke, aku akan ke depan membuka pintu untukmu”, akupun menutup telepon dan berjalan keluar rumah. Kulihat mobil sport putih yang kemarin Mi Jyeong gunakan untuk mengantar aku dan Yuki telah berada didepan rumahku. Aku membuka gerbang dan mempersilahkan Mi Jyeong masuk ke rumah. Ku kenalkan Mi Jyeong pada keluargaku saat semua berkumpul diruang tamu.
”pa, ma, koko, mei-mei.. ini Mi Jyeong dia kakak kelasku”
Merekapun berjabat tangan dan sedikit mengobrol. Tiba-tiba mei-meiku berkata,
”koko...”, ia menunjuk ke arah Mi Jyeong. Mi Jyeong langsung mendekati Lina dan aku tak tahu apa yang ia bisikkan pada mei-meiku. Lina langsung diam dan tertawa kecil. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi aku tidak begitu penasaran.
Saat itu pula kudengar bunyi handphone Yuki, segera ku lari ke arah kamarku dan melihat dari siapa telepon itu. Lagi-lagi no number, ku angkat saja.

”halo”, aku mengawali.
”hai”, sapanya balik.
”siapa?” tanyaku sambil berjalan keluar menemui Mi Jyeong. Ayah dan koko-ku menuju ke kendaraannya masing-masing untuk berangkat kerja. Ibuku membawa mei-mei ke kamarnya. Aku memencet tombol speaker on agar Mi Jyeong dapat mendengarnya.
”Ini Yuki”, jawab orang diseberang. Hah? Aku bingung dengan jawaban penelepon itu.
”jangan bercanda!”, timpalku.
”aku tidak bercanda, aku memang Yuki.”, jawabnya lagi. Aku dan Mi Jyeong hanya memasang wajah heran.
”kau pasti bingung.. ghaahahagaha....“, sungguh, orang ini sangat aneh. Tiba-tiba Mi Jyeong mengeluarkan laptopnya dan mengeluarkan sebuah kabel yang ia pasang pada HP Yuki dan Laptopnya sementara penelepon terus mengatakan ancaman tentang pembunuhan. Mi Jyeong membuka suatu program yang akhirnya aku tahu, itu adalah program pelacak. Setelah dilacak, aku dan Mi Jyeong mendapati rumah Yuki yang lama adalah tempat si penelepon berada. sementara penelepon itu masih sibuk dengan perkataannya, ternyata Yuki bangun dan berjalan ke arahku. Aku meminta dia untuk melanjutkan berbicara dengan orang tersebut sementara aku meminta ijin untuk keluar pada ibuku. Kami bertiga-pun melesat menuju rumah Yuki yang lama. Sesampainya disana, tiba-tiba penelepon mematikan teleponnya. Dengan hati-hati kami masuk dan mendapati seorang perempuan yang dalam kondisi berantakan sedang menangis. Belum sempat kami ingin melangkah mendekatinya, ia menengok ke arah kami.
”Min Byeon!”, panggil perempuan itu yang kurasa ditunjukkan pada Mi Jyeong. Dia menyeret dengan paksa badannya yang sudah lemas ke arah Mi Jyeong sambil terus memanggilnya dengan sebutan ”Min Byeon”.

continue to next page again..^^

Tidak ada komentar:

Main handphone, dapat uang!! Ini aplikasi penghasil uang legit!

 Halo semua, kembali lagi dengan saya yang masih setia stay at home selama pandemi, kecuali ke rumah mama atau sekedar belanja kebutuhan pok...